Pancasilamerupakan pandangan hidup yang menggerakkan aktivitas keseharian bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pengamalan nilai - nilai Pancasila dalam kehidupan kita sehari - hari menjadi sebuah kewajiban sebagai bangsa Indonesia. Dimana Pancasila terdiri dari dua suku kata yaitu "Panca" artinya lima dan "Sila" artinya prinsip.
Alasan Menolong Orang Lain Harus Dilakukan dengan Ikhlas FotoUnsplashIkhlas adalah kata yang mudah diucapkan namun sulit dilakukan. Menolong orang lain harus dilakukan dengan ikhlas agar mendatangkan pahala. Simak 11 alasan lain yang perlu untuk diketahui berikut ini. Ikhlas memiliki arti bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu itu bersih. Arti ikhlas secara istilah dijabarkan dalam buku Memaknai Kehidupan yang disusun oleh Abdul Hamid 20209. Diambil dari buku tersebut, ikhlas artinya berniat hanya untuk mendapatkan ridho dari Allah dalam menolong orang lain tanpa menyekutukan-Nya. Ikhlas dapat bermakna membersihkan amalan dari pujian manusia karena tujuan menolong orang lain hanya semata karena Allah. Menolong Orang Lain Harus Dilakukan dengan Ikhlas Ilustrasi Menolong Orang Lain Harus Dilakukan dengan Ikhlas FotoUnsplashWalau mudah diucapkan, namun kata ikhlas memiliki makna luar biasa dalam ajaran Islam. Menolong orang lain harus dilakukan dengan ikhlas agar sesuai dengan sabda Rasulullah saw dalam sebuah riwayat hadist,"Sesungguhnya Allah tidak menerima amal perbuatan, kecuali dilakukan dengan ikhlas dan mengharap ridho-Nya"HR. Abu Daud dan Nasa'i. Orang yang ikhlas dalam menolong orang lain tidak akan mengharapkan penghargaan dan penghormatan dari sesama manusia, karena tujuannya beramal semata karena Allah. Orang yang menolong orang lain dengan keikhlasan akan memetik hasilnya dan meraih pahala dari Allah. Alasan Menolong Orang Lain Harus Dilakukan dengan Ikhlas Menolong Orang Lain Harus Dilakukan dengan Ikhlas dalam Islam FotoUnsplashBerikut adalah 11 alasan menolong orang lain harus dilakukan dengan ikhlas. Mendapatkan pahala dari Allah menjadi tenang dan ibadah semakin manusia yang pemaaf, karena menyadari manusia butuh pertolongan manusia mudah diperdaya oleh emosi. Menjadi sosok yang hebat dan kuat. Selalu disayangi dan disenangi orang lain. Menambah keimanan terhadap Allah swt. Dijauhkan dari sifat-sifat kotor seperti ujub, takabur, dan iri. Hati lapang dan terasa ringan dalam menjalani hidup. Mendapat kemuliaan di sisi Allah bersyukur atas nikmat yang diberikan, serta menerima ketentuan dan ketetapan Allab swt. Menolong orang lain harus dilakukan dengan ikhlas agar sesuai dengan kalimat yang dikenal dalam Islam. Kalimat itu berbunyi, tidak ada satu pun obat yang bisa menyembuhkan sakit hati kecuali keikhlasan.DK
Merekaberamar makruf dan mencegah dari kemungkaran, mereka menegakkan shalat, menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan mendapat rahmat dari Allah subhanahu wa ta'ala, dan Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (at-Taubah: 71) Baca juga: Kewajiban Amar Makruf Nahi Mungkar. Demikian pula sebaliknya.
QUESTIONMenolong seseorang harus dilakukan dengan ikhlas tanpa ...*⇒ANSWER and EXSPLATIONTanpa mengaharap imbalan/mengharap pujian dari orang lain *tidak mengharapkan hal" dunia. Jika tidak ikhlas maka sia-sia amal shalehnya. Dikarenakan tidak mengaharap ridho Allah adalah melakukan amal shaleh dengan hanya mengharapkan ridho Allah, dan tidak mengharapkan imbalan/pujian orang"/dll. vSyarat diterimanya ibadah ada duaIkhlasMengikuti aturan Rasul SAW atau yang biasa di sebut ittiba'SPISBASGAPeaceAll
Sifatikhlas akan menghasilkan orang-orang yang legowo atau menerima segala hasil akhir yang didapatkan dan tidak mudah untuk menyalahkan pihak manapun sebagai akibat dari pelampiasan emosinya. Dia lebih suka untuk intropeksi dan memperbaiki dirinya sendiri ketimbang melakukan judging Ikut Jadi Relawan
Connection timed out Error code 522 2023-06-15 223901 UTC What happened? The initial connection between Cloudflare's network and the origin web server timed out. As a result, the web page can not be displayed. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not completing requests. An Error 522 means that the request was able to connect to your web server, but that the request didn't finish. The most likely cause is that something on your server is hogging resources. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d7e4dc1bae60df4 • Your IP • Performance & security by Cloudflare
Artitolong menolong dalam islam berasal dari bahasa arab ta'awun berasal dari bahasa Arab yang artinya tolong-menolong. Menurut istilah dalam Ilmu Aqidah dan Akhlak, pengertian ta'awun adalah sifat tolong-menolong di antara sesama manusia dalam hal kebaikan dan takwa.Dalam ajaran Islam sifat ta'awun ini sangat diperhatikan, hanya dalam kebaikan dan takwa, dan tidak ada tolong-menolong dalam Apa contoh perilaku ikhlas dalam kehidupan sehari hari? Ikhlas adalah suatu nilai prinsip yang melakukan segala sesuatu hanya untuk mengharapkan kebaikan, bukan pamrih, pamer apalagi untuk dipuji oleh manusia. Definisi ikhlas sangat erat kaitannya dengan agama Islam, karena kata ikhlas sendiri berasal dari kata akhlasa atau khalasa yang bisa berarti perbaikan dan pembersihan sesuatu. Pada kesempatan kali ini kosngosan akan memberikan contoh perilaku ikhlas yang bisa kita terapkan dalam kehidupan ikhlas memiliki dampak positif yang bisa kita dapatkan baik itu lambat atau cepat. Dampak yang paling signifikan adalah mengenai manfaatnya di mana mana. Ikhlas akan memberikan hidup yang lebih tentram dan tenang karena tidak mengharapkan imbalan dari manusia, dimana seperti yang kita ketahui apabila berharap kepada manusia, maka bersiaplah untuk kecewaIkhlas memang berkaitan dengan keyakinan terhadap adanya Tuhan. Orang yang ikhlas senantiasa mengharapkan balasan dari Tuhannya, bukan dari manusia. Hal ini tentunya akan membuat kita terhindar dari pamer, egoisme, narsisme dan hal hal buruk lain yang bisa membawa kepada keburukan dalam hidupBeberapa manfaat yang mungkin akan kita dapatkan apabila menerapkan prinsip ikhlas dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut Sumber rezeki semakin besarMendapatkan kebaikanMenyelamatkan dari hukuman akhiratDiberi hidayah dan petunjukPenolong di AkhiratBentuk amal ibadah manusia kepada TuhannyaBebas dari kesedihan duniaMembuat hidup tenang dan tentramMendapatkan perlindungan dari banyak pihakSetelah setelah membahas singkat mengenai ikhlas dan beberapa dampak positif yang dihasilkan olehnya, maka seterusnya kita akan membahas beberapa contoh perilaku ikhlas yang bisa sobat kosngosan terapkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu sebagai berikut Contoh Perilaku IkhlasAda banyak contoh perilaku atau sikap ikhlas dalam kehidupan sehari-hari yang bisa kita terapkan, berikut diantaranya Baca juga Contoh Perilaku Ikhtiar dan Tawakal Sehari HariSikap Ikhlas di SekolahKetika di sekolah, sobat kosngósan harus berperilaku Ikhlas untuk menuntut ilmu, ikhlas belajar dengan sungguh-sungguh demi mengharapkan masa depan yang lebih ikhlas di sekolah juga diwujudkan dengan bersikap disiplin, mentaati Semua peraturan sekolah dan tidak menjadi siswa yang yang ikhlas saat disekolah sadar bahwa dirinya tidak boleh melakukan hal negatif yang bisa membuat orang tuanya malu. Jadi sebagai pelajar kamu harus bersikap ikhlas untuk melakukan segala peraturan yang ada di sekolahSikap Ikhlas dalam BekerjaOrang-orang yang bekerja secara Ikhlas adalah contoh perilaku ikhlas. Mereka yang melakukan setiap pekerjaan dengan penuh tanggung jawab, secara maksimal dan tidak menganggap bahwa bekerja adalah salah satu bentuk ibadah yang harus dilakukan dengan penuh kesabaran dan ketaatan sehingga mereka akan mendapatkan gaji yang berkahIkhlas dalam bekerja membuat kita tidak mengeluh dalam mengerjakan tugas dan beban kerja yang memang telah menjadi tanggung jawab kita sebagai Ikhlas dalam beramalAmal adalah setiap perbuatan baik yang dilakukan oleh manusia dengan mengharapkan balasan yang baik juga. Perbuatan yang baik dan konsisten untuk dilakukan adalah bentuk perilaku orang-orang yang ikhlas dalam melakukan hal baik mulai dari hal kecil hingga hal besar, maka dirinya akan mendapatkan balasan yang baik pulaIkhlas dalam beribadahSebagai umat beragama dan memiliki proses ibadah masing-masing, sobat kosngosan juga tentunya memiliki kewajiban untuk melakukan ibadah secara rutin dengan hati yang ini sebagai bentuk konsekuensi dari kepercayaan kita terhadap adanya perintah Tuhan yang mengatur kehidupan dan adanya Hari pembalasan kelakIkhlas dalam berucapOrang-orang yang ikhlas ketika mereka berucap atau berkata kata, selalu mengedepankan nilai kejujuran dan mengatakan apa juga senantiasa untuk memberikan informasi yang sesuai fakta dan menghindari informasi hoax atau berita palsu dan tidak menyebarkan kebencian serta gosip yang tidak jelasSikap Ikhlas dalam keluargaDi dalam sebuah keluarga, setiap anggota harus mau dan mampu dalam mengerjakan tugas dan tanggung jawab masing-masing. Ini menjadi salah satucontoh perilaku ikhlas di dalam misalnya seorang anak yang membersihkan kamar dan halaman rumah, seorang ibu yang memasakkan sarapan kepada anaknya, dan seorang ayah yang ikhlas bekerja untuk menafkahi Teman yang MembutuhkanManusia sebagai makhluk sosial tentunya membutuhkan yang namanya bantuan dari orang-orang sekelilingmu. hal seperti ini menjadi lumrah apalagi ketika sobat kósngosan bekerja di kantor atau belajar di sekolahSikap saling tolong menolong adalah sifat yang positif dan mencerminkan perilaku Ikhlas untuk berbuat dan berguna bagi orang di prestasi orang lainContoh sikap Ikhlas selanjutnya terlihat dalam kemampuan seseorang untuk menghargai dan memberikan apresiasi atas suatu keberhasilan atau prestasi orang lain tanpa merasa iri atau cemburu. Mereka sungguh-sungguh bahagia atas kesuksesan orang dengan tulusContoh perilaku ikhlas termasuk mencakup kemampuan untuk mengampuni atau memberikan maaf atas kesalahan orang lain terhadap kita dengan tulus. Seseorang yang ikhlas tidak menyimpan dendam atau membalas dendam terhadap orang lain yang telah menyakiti atau membuat ilmu atau keahlianPerilaku Ikhlas juga terlihat ketika kamu dengan tulus berbagi pengetahuan, keterampilan, atau pengalaman yang kamu miliki kepada orang lain tanpa menahan informasi, menyimpan ilmu sendiri dan rela untuk berbagi tanpa mengharapkan kritik dengan LegowoIkhlas dan legowo ketika orang lain memberikan kritik adalah salah satu contoh dari perilaku ini. Akan terlihat dalam kemampuan seseorang untuk menerima kritik dengan lapang dadaHal ini kemudian dimanfaatkannya sebagai kesempatan untuk belajar dan berkembang lagi di kemudian hari. Orang seperti ini tidak terlalu terikat pada ego atau kepentingan dan menghargai perbedaanIndonesia terdiri dari ragam agama, suku dan ras yang variatif. Salah satu contoh perilaku Ikhlas terlihat dalam sikap menghormati dan menghargai yang ikhlas akan menghormati pandangan, agama, budaya, dan kepercayaan orang lain tanpa menghakimi atau mencoba mengubah Mematuhi AturanSalah satu perilaku yang mencerminkan sifat ikhlas dalam beramal dan bekerja adalah dengan mentaati semua aturan yang telah diperlakukan serta bersifat orang ikhlas percaya bahwa untuk mencapai kesukesan, maka dia harus menghargai setiap aturan yang berlaku di mana dia berada. Dengan demikian, maka dia akan berkontribusi dalam ketertiban dan keamanan dimana dia tinggalTidak Saling MenyalahkanSifat ikhlas akan menghasilkan orang-orang yang legowo atau menerima segala hasil akhir yang didapatkan dan tidak mudah untuk menyalahkan pihak manapun sebagai akibat dari pelampiasan lebih suka untuk intropeksi dan memperbaiki dirinya sendiri ketimbang melakukan judging. Ini menjadi salah satucontoh perilaku ikhlas bagi diri Jadi Relawan di Kegiatan SosialKetika saudara-saudara kita mengalami musibah, seperti terkena dampak banjir atau longsor, maka orang-orang yang ikhlas akan turut serta menjadi relawan dan membantu evakuasi korban bencana alam ini ini tentunya dianggap sebagai perilaku ikhlas untuk berbakti demi nilai kemanusiaan, tanpa memandang nilai gaji. Karena biasanya orang-orang yang bekerja sebagai relawan tidak diberikan uang, hanya fasilitas untuk bekerjaTidak Membanggakan KebaikanSalah satu esensi dari perilaku ikhlas yang paling utama adalah tidak mengungkit-ungkit kebaikan yang pernah dilakukan kepada ketika temanmu yang pernah sobat kosngosan bantu, melakukan hal yang menyakitkan menurutmu, dan kamu berkata "kamu tidak akan pernah jadi seperti ini kalau bukan karena bantuanku" dan perkataan sejenisnya. Hal ini menjadi pembeda antara orang yang ikhlas dan orang yang tidak ikhlas dalam membantuBersedekahSedekah adalah contoh perilaku ikhlas. Ini adalah pemberian seseorang dalam bentuk material atau bantuan jasa kepada pihak yang yang bersedekah dengan ikhlas tentunya tidak akan memamerkan bantuan yang diberikan kepada kelayak ramai. Dia lebih memilih untuk membantu secara diam-diam, ataupun membantu dan menyebarluaskan informasi tersebut dengan tujuan untuk orang lain bisa bersedekah PenutupDemikian beberapa contoh dari perilaku yang mencerminkan sikap ikhlas dan menerima kondisi apa adanya Semoga kita semua bisa menerapkan sifat ikhlas dalam kehidupan kita sehari-hari sehingga hidup lebih nyaman dan tentramApabila teman-teman kosngosan merasa artikel ini bermanfaat silahkan tekan tombol share di bawah dan jangan lupa untuk memberikannya ke media sosial lain untuk menyebarkan semangat positif kepada teman-teman dunia maya Gemarberamal dan berbaik sangka Sikap sabar, ikhlas dan pemaaf Jujur dan perilaku yang mencerminkan sifat jujur Hormat dan patuh kepada orang tua dan guru serta perilaku yang mencerminkan sifat hormat dan patuh Empati dan perilaku yang mencerminkan sifat empati Fiqih Bersuci dari hadas kecil dan hadas besar Shalat wajib dan
I K H L A SOleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas حفظه اللهعَنْ أَبِيْ هُرَيْرَة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَ أَمْوَالِكُمْ وَ لَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوْبِكُمْ وَ أَعْمَالِكُمْDari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah bersabda, ”Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian”.TAKHRIJ HADITS Hadits ini shahîh. Diriwayatkan oleh 1. Muslim dalam kitab Al Birr Wash Shilah Wal Adab, bab Tahrim Dzulmin Muslim Wa Khadzlihi Wa Ihtiqarihi Wa Damihi Wa Irdhihi Wa Malihi, VIII/11, atau no. 2564 33. 2. Ibnu Majah dalam kitab Az Zuhud, bab Al Qana’ah, no. 4143. 3. Ahmad dalam Musnad-nya II/ 539. 4. Baihaqi dalam kitab Al Asma’ Wa Shifat, II/ 233-234, bab Ma Ja’a Fin Nadhar. 5. Abu Nu’aim dalam kitab Hilyatul Auliya’, IV/103 no. IKHLAS Dalam mendefinisikan ikhlas, para ulama berbeda redaksi dalam menggambarkanya. Ada yang berpendapat, ikhlas adalah memurnikan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ada pula yang berpendapat, ikhlas adalah mengesakan Allah dalam beribadah kepadaNya. Ada pula yang berpendapat, ikhlas adalah pembersihan dari pamrih kepada Izz bin Abdis Salam berkata “Ikhlas ialah, seorang mukallaf melaksanakan ketaatan semata-mata karena Allah. Dia tidak berharap pengagungan dan penghormatan manusia, dan tidak pula berharap manfaat dan menolak bahaya”.Al Harawi mengatakan “Ikhlas ialah, membersihkan amal dari setiap noda.” Yang lain berkata “Seorang yang ikhlas ialah, seorang yang tidak mencari perhatian di hati manusia dalam rangka memperbaiki hatinya di hadapan Allah, dan tidak suka seandainya manusia sampai memperhatikan amalnya, meskipun hanya seberat biji sawi”.Abu Utsman berkata “Ikhlas ialah, melupakan pandangan makhluk, dengan selalu melihat kepada Khaliq Allah”.Abu Hudzaifah Al Mar’asyi berkata “Ikhlas ialah, kesesuaian perbuatan seorang hamba antara lahir dan batin”.Abu Ali Fudhail bin Iyadh berkata “Meninggalkan amal karena manusia adalah riya’. Dan beramal karena manusia adalah syirik. Dan ikhlas ialah, apabila Allah menyelamatkan kamu dari keduanya”[1]Ikhlas ialah, menghendaki keridhaan Allah dalam suatu amal, membersihkannya dari segala individu maupun duniawi. Tidak ada yang melatarbelakangi suatu amal, kecuali karena Allah dan demi hari akhirat. Tidak ada noda yang mencampuri suatu amal, seperti kecenderungan kepada dunia untuk diri sendiri, baik yang tersembunyi maupun yang terang-terangan, atau karena mencari harta rampasan perang, atau agar dikatakan sebagai pemberani ketika perang, karena syahwat, kedudukan, harta benda, ketenaran, agar mendapat tempat di hati orang banyak, mendapat sanjungan tertentu, karena kesombongan yang terselubung, atau karena alasan-alasan lain yang tidak terpuji; yang intinya bukan karena Allah, tetapi karena sesuatu; maka semua ini merupakan noda yang mengotori niat yang ikhlas adalah memurnikan niat karena Allah semata. Setiap bagian dari perkara duniawi yang sudah mencemari amal kebaikan, sedikit atau banyak, dan apabila hati kita bergantung kepadanya, maka kemurniaan amal itu ternoda dan hilang keikhlasannya. Karena itu, orang yang jiwanya terkalahkan oleh perkara duniawi, mencari kedudukan dan popularitas, maka tindakan dan perilakunya mengacu pada sifat tersebut, sehingga ibadah yang ia lakukan tidak akan murni, seperti shalat, puasa, menuntut ilmu, berdakwah dan Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berpendapat, arti ikhlas karena Allah ialah, apabila seseorang melaksanakan ibadah yang tujuannya untuk taqarrub kepada Allah dan mencapai tempat MEWUJUDKAN IKHLAS Mewujudkan ikhlas bukan pekerjaan yang mudah seperti anggapan orang jahil. Para ulama yang telah meniti jalan kepada Allah telah menegaskan sulitnya ikhlas dan beratnya mewujudkan ikhlas di dalam hati, kecuali orang yang memang dimudahkan Sufyan Ats Tsauri berkata,”Tidaklah aku mengobati sesuatu yang lebih berat daripada mengobati niatku, sebab ia senantiasa berbolak-balik pada diriku”[2]Karena itu Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam berdo’aيَا مُقَلِّبَ القُلُوْبِ ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَYa, Rabb yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada seorang sahabat berkata,”Ya Rasulullah, kami beriman kepadamu dan kepada apa yang engkau bawa kepada kami?” Beliau Shallallahu alaihi wa sallam menjawab,”Ya, karena sesungguhnya seluruh hati manusia di antara dua jari tangan Allah, dan Allah membolak-balikan hati sekehendakNya. [HR Ahmad, VI/302; Hakim, I/525; Tirmidzi, no. 3522, lihat Shahih At Tirmidzi, III/171 no. 2792; Shahih Jami’ush Shagir, dan Zhilalul Jannah Fi Takhrijis Sunnah, no. 225 dari sahabat Anas].Yahya bin Abi Katsir berkata,”Belajarlah niat, karena niat lebih penting daripada amal”[3]Muththarif bin Abdullah berkata,”Kebaikan hati tergantung kepada kebaikan amal, dan kebaikan amal bergantung kepada kebaikan niat”[4]Pernah ada orang bertanya kepada Suhail “ Apakah yang paling berat bagi nafsu manusia?” Ia menjawab,”Ikhlas, sebab nafsu tidak pernah memiliki bagian dari ikhlas”[5]Dikisahkan ada seorang alim yang selalu shalat di shaf paling depan. Suatu hari ia datang terlambat, maka ia mendapat shalat di shaf kedua. Di dalam benaknya terbersit rasa malu kepada para jama’ah lain yang melihatnya. Maka pada saat itulah, ia menyadari bahwa sebenarnya kesenangan dan ketenangan hatinya ketika shalat di shaf pertama pada hari-hari sebelumnya disebabkan karena ingin dilihat orang lain.[6]Yusuf bin Husain Ar Razi berkata,”Sesuatu yang paling sulit di dunia adalah ikhlas. Aku sudah bersungguh-sungguh untuk menghilangkan riya’ dari hatiku, seolah-olah timbul riya, dengan warna lain.”[7]Ada pendapat lain, ikhlas sesaat saja merupakan keselamatan sepanjang masa, karena ikhlas sesuatu yang sangat mulia. Ada lagi yang berkata, barangsiapa melakukan ibadah sepanjang umurnya, lalu dari ibadah itu satu saat saja ikhlas karena Allah, maka ia akan ikhlas merupakan masalah yang sulit, sehingga sedikit sekali perbuatan yang dikatakan murni ikhlas karena Allah. Dan sedikit sekali orang yang memperhatikannya, kecuali orang yang mendapatkan taufiq pertolongan dan kemudahan dari Allah. Adapun orang yang lalai dalam masalah ikhlas ini, ia akan senantiasa melihat pada nilai kebaikan yang pernah dilakukannya, padahal pada hari kiamat kelak, perbuatannya itu justru menjadi keburukan. Merekalah yang dimaksudkan oleh firman Allah Subhanahu wa Ta’ala وَبَدَا لَهُم مِّنَ اللهِ مَالَمْ يَكُونُوا يَحْتَسِبُونَ وَبَدَا لَهُمْ سَيِّئَاتُ مَاكَسَبُوا وَحَاقَ بِهِم مَّاكَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِءُونَDan jelaslah bagi mereka adzab dari Allah yang belum pernah mereka jelaslah bagi mereka akibat buruk dari apa yang telah mereka perbuat … [Az Zumar/3947-48]قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِاْلأَخْسَرِينَ أَعْمَالاً الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًاKatakanlah”Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya”. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. [Al Kahfi/18 103-104][8]Bila Anda melihat seseorang, yang menurut penglihatan Anda telah melakukan amalan Islam secara murni dan benar, bahkan boleh jadi dia juga beranggapan seperti itu. Tapi bila Anda tahu dan hanya Allah saja yang tahu, Anda mendapatkannya sebagai orang yang rakus terhadap dunia, dengan cara berkedok pakaian agama. Dia berbuat untuk dirinya sendiri agar dapat mengecoh orang lain, bahwa seakan-akan dia berbuat untuk lagi yang lain, yaitu beramal karena ingin disanjung, dipuji, ingin dikatakan sebagai orang yang baik, atau yang paling baik, atau terbetik dalam hatinya bahwa dia sajalah yang konsekwen terhadap Sunnah, sedangkan yang lainnya lagi yang belajar karena ingin lebih tinggi dari yang lain, supaya dapat penghormatan dan harta. Tujuannya ingin berbangga dengan para ulama, mengalahkan orang yang bodoh, atau agar orang lain berpaling kepadanya. Maka Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengancam orang itu dengan ancaman, bahwa Allah akan memasukkannya ke dalam neraka jahannam. Nasalullaha As Salamah wal Afiyah.[9]Membersihkan diri dari hawa nafsu yang tampak maupun yang tersembunyi, membersihkan niat dari berbagai noda, nafsu pribadi dan duniawi, juga tidak mudah. memerlukan usaha yang maksimal, selalu memperhatikan pintu-pintu masuk bagi setan ke dalam jiwa, membersihkan hati dari unsur riya’, kesombongan, gila kedudukan, pangkat, harta untuk pamer dan mewujudkan ikhlas, dikarenakan hati manusia selalu berbolak-balik. Setan selalu menggoda, menghiasi dan memberikan perasaan was-was ke dalam hati manusia, serta adanya dorongan hawa nafsu yang selalu menyuruh berbuat jelek. Karena itu kita diperintahkan berlindung dari godaan setan. Allah يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌDan jika kamu ditimpa suatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [Al-A’raf/7200].Jadi, solusi ikhlas ialah dengan mengenyahkan pertimbangan-pertimbangan pribadi, memotong kerakusan terhadap dunia, mengikis dorongan-dorongan nafsu dan bersungguh-sunguh beramal ikhlas karena Allah, akan mendorong seseorang melakukan ibadah karena taat kepada perintah Allah dan Rasul, ingin selamat di dunia-akhirat, dan mengharap ganjaran dari mewujudkan ikhlas bisa tercapai, bila kita mengikuti Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan jejak Salafush Shalih dalam beramal dan taqarrub kepada Allah, selalu mendengar nasihat mereka, serta berupaya semaksimal mungkin dan bersungguh-sungguh mengekang dorongan nafsu, dan selalu berdo’a kepada Allah Ta’ BERAMAL YANG BERCAMPUR ANTARA IKHLAS DAN TUJUAN-TUJUAN LAIN Syaikh Muhammad bin Shalih Al ’Utsaimin menjelaskan tentang seseorang yang beribadah kepada Allah, tetapi ada tujuan lain. Beliau membagi menjadi tiga Seseorang bermaksud untuk taqarrub kepada selain Allah dalam ibadahnya, dan untuk mendapat sanjungan dari orang lain. Perbuatan seperti membatalkan amalnya dan termasuk syirik, berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, Allah berfirmanأَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ ، مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيْهِ مَعِي غَيْرِيْ تَرَكْتُهُ وَ شِرْكَهُAku tidak butuh kepada semua sekutu. Barangsiapa beramal mempersekutukanKu dengan yang lain, maka Aku biarkan dia bersama sekutunya. [HSR Muslim, no. 2985; Ibnu Majah, no. 4202 dari sahabat Abu Hurairah].Kedua Ibadahnya dimaksudkan untuk mencapai tujuan duniawi, seperti ingin menjadi pemimpin, mendapatkan kedudukan dan harta, tanpa bermaksud untuk taqarrub kepada Allah. Amal seperti ini akan terhapus dan tidak dapat mendekatkan diri kepada Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirmanمَن كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لاَيُبْخَسُونَ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي اْلأَخِرَةِ إِلاَّ النَّارَ وَحَبِطَ مَاصَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّاكَانُوا يَعْمَلُونَBarangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna, dan mereka di dunia tidak dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka, dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia, dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. [Hud/1115-16].Perbedaan antara golongan kedua dan pertama ialah, jika golongan pertama bermaksud agar mendapat sanjungan dari ibadahnya kepada Allah; sedangkan golongan kedua tidak bermaksud agar dia disanjung sebagai ahli ibadah kepada Allah dan dia tidak ada kepentingan dengan sanjungan manusia karena Seseorang yang dalam ibadahnya bertujuan untuk taqarrub kepada Allah sekaligus untuk tujuan duniawi yang akan diperoleh. Misalnya Tatkala melakukan thaharah, disamping berniat ibadah kepada Allah, juga berniat untuk membersihkan dengan tujuan diet dan taqarrub kepada ibadah haji untuk melihat tempat-tempat bersejarah, tempat-tempat pelaksaan ibadah haji dan melihat para jamaah ini dapat mengurangi balasan keikhlasan. Andaikata yang lebih banyak adalah niat ibadahnya, maka akan luput baginya ganjaran yang sempurna. Tetapi hal itu tidak menyeret pada dosa, seperti firman Allah tentang jama’ah haji disebutkan dalam KitabNya[10]لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن تَبْتَغُوا فَضْلاً مِّن رَّبِّكُمْTidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia rezeki dari Rabb-mu……[Al Baqarah/2198].Namun, apabila yang lebih berat bukan niat untuk beribadah, maka ia tidak memperoleh ganjaran di akhirat, tetapi balasannya hanya diperoleh di dunia; bahkan dikhawatirkan akan menyeretnya pada dosa. Sebab ia menjadikan ibadah yang mestinya karena Allah sebagai tujuan yang paling tinggi, ia jadikan sebagai sarana untuk mendapatkan dunia yang rendah nilainya. Keadaan seperti itu difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’ala وَمِنْهُم مَّن يَلْمِزُكَ فِي الصَّدَقَاتِ فَإِنْ أُعْطُوا مِنْهَا رَضُوا وَإِن لَّمْ يُعْطَوْا مِنْهَآ إِذَا هُمْ يَسْخَطُونَDan di antara mereka ada yang mencelamu tentang pembagian zakat, jika mereka diberi sebagian darinya mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebagian darinya, dengan serta mereka menjadi marah. [At-Taubah/958].Dalam Sunan Abu Dawud[11], dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ada seseorang bertanya “Ya Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ! Seseorang ingin berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ingin mendapatkan harta imbalan dunia?” Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,”Tidak ada pahala baginya,” orang itu mengulangi lagi pertanyaannya sampai tiga kali, dan Beliau Shallallahu alaihi wa salalm menjawab,”Tidak ada pahala baginya.”Di dalam Shahihain Shahih Bukhari, dan Shahih Muslim, dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu, sesungguhnya Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda مَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا ، أَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَىمَا هَاجَرَ إِلَيْهِBarangsiapa hijrahnya diniatkan untuk dunia yang hendak dicapainya, atau karena seorang wanita yang hendak dinikahinya, maka nilai hijrahnya sesuai dengan tujuan niat dia ada dua tujuan dalam takaran yang berimbang, niat ibadah karena Allah dan tujuan lainnya beratnya sama, maka dalam masalah ini ada beberapa pendapat ulama. Pendapat yang lebih dekat dengan kebenaran ialah, bahwa orang tersebut tidak mendapatkan golongan ini dengan golongan sebelumnya, bahwa tujuan selain ibadah pada golongan sebelumnya merupakan pokok sasarannya, kehendaknya merupakan kehendak yang berasal dari amalnya, seakan-akan yang dituntut dari pekerjaannya hanyalah urusan dunia ditanyakan “bagaimana neraca untuk mengetahui tujuan orang yang termasuk dalam golongan ini, lebih banyak tujuan untuk ibadah atau selain ibadah?”Jawaban kami “Neracanya ialah, apabila ia tidak menaruh perhatian kecuali kepada ibadah saja, berhasil ia kerjakan atau tidak. Maka hal ini menunjukkan niatnya lebih besar tertuju untuk ibadah. Dan bila sebaliknya, ia tidak mendapat pahala”.Bagaimanapun juga niat merupakan perkara hati, yang urusannya amat besar dan penting. Seseorang, bisa naik ke derajat shiddiqin dan bisa jatuh ke derajat yang paling bawah disebabkan dengan seorang ulama Salaf berkata “Tidak ada satu perjuangan yang paling berat atas diriku, melainkan upayaku untuk ikhlas. Kita memohon kepada Allah agar diberi keikhlasan dalam niat dan dibereskan seluruh amal”[12].IKHLAS ADALAH SYARAT DITERIMANYA AMAL Di dalam Al Qur`an dan Sunnah banyak disebutkan perintah untuk berlaku ikhlas, kedudukan dan keutamaan ikhlas. Ada disebutkan wajibnya ikhlas kaitannya dengan kemurnian tauhid dan meluruskan aqidah, dan ada yang kaitannya dengan kemurnian amal dari berbagai pokok dari keutamaan ikhlas ialah, bahwa ikhlas merupakan syarat diterimanya amal. Sesungguhnya setiap amal harus mempunyai dua syarat yang tidak akan di terima di sisi Allah, kecuali dengan keduanya. Pertama. Niat dan ikhlas karena Allah. Kedua. Sesuai dengan Sunnah; yakni sesuai dengan KitabNya atau yang dijelaskan RasulNya dan sunnahnya. Jika salah satunya tidak terpenuhi, maka amalnya tersebut tidak bernilai shalih dan tertolak, sebagaimana hal ini ditunjukan dalam firmanNyaوَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُوا لِقَآءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلاً صَالِحًا وَلاَيُشْرِكُ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًاBarangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah dia mengerjakan amal shalih dan janganlah dia mempersekutukan seorangpun dengan Rabb-nya. [Al Kahfi 110].Di dalam ayat ini, Allah memerintahkan agar menjadikan amal itu bernilai shalih, yaitu sesuai dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, kemudian Dia memerintahkan agar orang yang mengerjakan amal shalih itu mengikhlaskan niatnya karena Allah semata, tidak menghendaki selainNya[13]Al Hafizh Ibnu Katsir berkata di dalam kitab tafsir-nya [14] “Inilah dua landasan amalan yang diterima, ikhlas karena Allah dan sesuai dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam ”.Dari Umamah, ia berkata Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam seraya berkata,”Bagaimanakah pendapatmu tentang seseorang yang berperang demi mencari upah dan sanjungan, apa yang diperolehnya?” Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjawab,”Dia tidak mendapatkan apa-apa.” Orang itu mengulangi pertanyaannya sampai tiga kali, dan Nabi Shallallahu alaihi wa salalm selalu menjawab, orang itu tidak mendapatkan apa-apa tidak mendapatkan ganjaran, kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda إِنَّ اللهَ لاَ يَقْبَلُ مِنَ العَمَلِ إِلاَّ مَا كَانَ لَهُ خَالِصاً وَ ابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُSesungguhnya Allah Azza wa Jalla tidak menerima amal perbuatan, kecuali yang ikhlas dan dimaksudkan dengan amal perbuatan itu mencari wajah Allah. [HR Nasa-i, VI/25 dan sanad-nya jayyid sebagaimana perkataan Imam Mundziri dalam At Targhib Wat Tarhib, I/26-27 no. 9. Dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib Wat Tarhib, I/106, Allah bersambung[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun IX/1426H/2005M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079] _______ Footnote [1] Al Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, Imam An Nawawi I/16-17, Cet. Darul Fikr; Madarijus Salikin II/95-96, Cet. Darul Hadits Kairo; Al Ikhlas, oleh Dr. Sulaiman Al Asyqar, hlm. 16-17, Cet. III, Darul Nafa-is, Tahun 1415 H; Al Ikhlas Wasy Syirkul Asghar, oleh Abdul Lathif, Cet. I, Darul Wathan, [2] .Al Majmu’ Syarhul Muhadzdzab I/17; Jami’ul Ulum Wal Hikam I/70. [3] Jami’ul Ulum Wal Hikam I/70. [4] Ibid.I/71. [5] Madarijus Salikin II/95. [6] Tazkiyatun Nufus, hlm. 15-17. [7] Madarijus Salikin II/96. [8] Tazkiyatun Nufus, hlm. 15-17. [9] Lihat hadits yang semakna dalam Shahih At Targhib Wat Tarhib I/153-155; At Tarhib Min Ta’allumil Ilmi Lighairi Wajhillah Ta’ala, hadits no. 105-110; dan hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah [10] Ada beberapa amal lain yang mirip dengan contoh di atas, seperti • Menunaikan ibadah haji dan umrah, disamping bertujuan ibadah, juga untuk bertamasya tour. • Mendirikan shalat malam, tujuannya supaya lulus ujian, usahanya berhasil dan lainnya. • Berpuasa, agar tidak boros dan tidak disibukkan dengan urusan makan. • Menjenguk orang sakit, agar ia dijenguk pula bila ia sakit. • Mendatangi walimah nikah, agar yang mengundang datang bila diundang. • I’tikaf di masjid, supaya ringan biaya kontrak sewa tempat, atau untuk melepas kepenatan mengurus keluarga. Apapun yang mendorongnya, semua pekerjaan yang tujuannya taqarrub, akan menjadi berkurang nilainya dan bisa jadi terhapus. Wallahu a’lam. pen. [11] Sunan Abu Dawud, Kitabul Jihad, Bab Fi Man Yaghzu Yaltamisud Dunya, no. 2516. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud, no. 2196. [12] Majmu’ Fatawaa wa Rasa-il, I/98-100, Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, Tartib Fahd bin Nashir bin Ibrahim As Sulaiman, Cet. II Darul Wathan Lin Nasyr, Th. 1413 H [13] Lihat At Tawassul Anwa’uhu Wa Ahkamuhu, Fadhilatus Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani, Cet. III, Darus Salafiyyah, [14] Tafsir Ibnu Katsir III/120-121, Cet. Maktabah Darus Salam

PengertianIKHLAS | Journal of Sincerity | Pengertian IKHLAS. Qinthani Dhea ST Perempuan, 24 tahun Bogor, Indonesia Ikhlas bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan sesuatu bersih tidak kotor. Maka orang yang ikhlas adalah orang yang menjadikan agamanya murni hanya untuk Allah saja dengan menyembah-Nya dan tidak menyekutukan dengan yang lain dan tidak riya dalam beramal.

Secara bahasa, kata ikhlas berasal dari akar kata kh-l-sh yang artinya murni, tidak bercampur dengan yang lainnya. Laban khaalish dalam bahasa arab berarti susu murni yang tidak bercampur dengan apapun. Tidak bercampur dengan air, tidak bercampur dengan gula, tidak pula bercampur dengan yang lainnya. Dengan demikian ikhlas berarti memurnikan sesuatu. Adapun secara terminologis atau istilah menyebut bahwa ikhlas berarti mengerjakan amal perbuatan lillahi ta’ala, semata-mata karena Allah SWT, tidak karena yang lainnya. Hanya mengharap ridho Allah SWT, satu-satunya motivasi dari sikap ikhlas. Melalui dua perspektif tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa ikhlas adalah suatu sikap yang menjadikan niat hanya untuk Allah SWT dalam melakukan amalan ketaatan. Jadi, amalan ketaatan tersebut dilakukan dalam rangka mendekatkan diri pada Allah SWT bukan kepada pujian dari manusia.
hambadengan Rabbnya), akan terwujud melalui menjalankan hak tersebut dengan ikhlas, cinta dan penuh pengabdian kepada-Nya.[10] Hendaknya ini dipahami bahwa sebab kepincangan yang terjadi pada seorang hamba dalam menjalankan dua hak ini, hanya muncul ketika dia tidak memperhatikannya, baik secara pemahaman maupun pengamalan.[11] PENUTUP Ikhlas adalah sebuah sifat mahmudah yang sangat dituntut dalam Islam. Amalan yang tidak ikhlas tidak akan diterima di sisi Allah. Sejauhmana kita telah mencapai keikhlasan dalam amalan dan kehidupan kita? Mari kita sama-sama menyemak beberapa petikan ayat Al-Quran, Hadith, ungkapan orang soleh dan kisah-kisah yang berkaitan dengan ikhlas sebagai panduan dalam kehidupan kita sebagai seorang Muslim. Al-Quran menyebut tentang ikhlas Firman Allah SWT وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ “Padahal mereka tidak diperintahkan melainkan supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan ibadat kepada-Nya, lagi tetap teguh di atas tauhid, dan supaya mereka mendirikan sembahyang serta memberi zakat. Dan yang demikian itulah Agama yang benar.” Al-Bayyinah, 985 Dalam ayat di atas, Allah menuntut kita untuk beribadah dengan ikhlas, hanya kerana Allah tanpa ada tujuan-tujuan yang lain. Cuba kita kaitkan dengan apa yang disebut oleh Allah dalam surah Adz-Dzaariyaat ayat ke 56 وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ “Dan ingatlah Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk mereka menyembah dan beribadat kepada-Ku.” Adz-Dzaariyaat 56 Allah memerintahkan kita untuk beribadah dengan ikhlasAllah mengingatkan bahawa tujuan kita diciptakan hanya untuk beribadah. Maka dapat kita fahami di sini bahawa ikhlas itu perlu ada dalam segenap urusan hidup kita kerana seluruh hidup kita ini adalah ibadah. Baik dalam Ibadah khusus mahupun umum. Di dalam solat dan di luar solat. Di dalam masjid dan di luar masjid. Tidak terkecuali di mana sahaja atau bila-bila jua. Namun hanya untuk perkara kebaikan sahaja, bukan untuk perkara yang makruh atau terlarang sama sekali. Apa pesan Nabi tentang Ikhlas? Sebuah hadith yang sangat mahsyur dan selalu kita dengar, bahkan disebut di dalam kitab Hadith 40 karya Imam An-nawawi, Rasulullah SAW bersabda إنَّمَا الأعمَال بالنِّيَّاتِ وإِنَّما لِكُلِّ امريءٍ ما نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُولِهِ فهِجْرَتُهُ إلى اللهِ ورَسُوْلِهِ ومَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُها أو امرأةٍ يَنْكِحُهَا فهِجْرَتُهُ إلى ما هَاجَرَ إليهِ Maksudnya “Segala amal perbuatan itu berdasarkan niatnya, sedangkan masing-masing orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya. Barangsiapa berniat hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya adalah bernilai hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan orang yang hijrahnya diniatkan untuk mendapatkan keduniaan atau demi seorang wanita yang ingin dinikahinya maka nilai hijrahnya adalah sebagaimana yang dia tuju.” HR Bukhari dan Muslim Amalan kita akan dinilai berdasarkan niat kita. Jika niat kita hanya kerana Allah, maka kitapun akan mendapatkan pula ganjaran daripada Allah. Jika niat kita untuk mendapat keuntungan lain yang bersifat material, kita juga akan mendapatkannya tetapi tiadalah ganjaran daripada Allah. Ini menunjukkan bahawa sekecil-kecil dan sebesar-besar amalan, ikhlas amatlah diperlukan. Bayangkan sebuah amalan yang besar dan hebat iaitu hijrah yang memakan masa berbulan-bulan lamanya, berpenat lelah dan meninggalkan tanahair, perniagaan dan orang kesayangan, menjadi tidak bernilai kerana niat yang tidak ikhlas. Solatlah tahajjud seberapa rakaat yang anda mampu, tetapi amal itu akan menjadi sia-sia jika tidak mengikhlaskan ibadah tersebut kepada Allah SWT Dalam hadith yang lain, Rasulullah SAW bersabda عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ “Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kalian, juga tidak kepada harta kalian, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian.” HR Muslim Niat itu letaknya di hati dan hati yang ikhlas itulah menjadi pusat kepada penglihatan Allah, yang kemudian dizahirkan dengan amalan-amalan yang dilakukan semata-mata untuk mendapatkan ganjaran dan keredhaan Allah. Ungkapan orang soleh tentang ikhlas Al-Harits Al-Muhasibi dalam kitab Ar-Ri’ayah mengatakan, “Yang disebut ikhlas adalah hanya bertujuan meraih ridha-Nya semata-mata di dalam melakukan ketaatan amalan dan tidak menginginkan yang lain. Sedangkan riya’ itu ada dua macam Pertama, seseorang yang melakukan ketaatan hanya demi manusia. Kedua, seseorang yang melaksanakan ketaatan demi manusia dan demi Rabb Tuhan manusia. Kedua jenis riya’ di atas sama-sama menghapuskan pahala amal ketaatan.” Allah tidak suka manusia mencampuradukkan niatnya dalam sesuatu amalan. Sia-sia sahaja segala amalan kita yang dilakukan bukan demi Allah semata-mata. Ikhlas itu adalah sesuatu yang berlawanan dengan syirik iaitu menyekutukan Allah dengan segala sesuatu yang lain dalam keyakinan dan juga dalam amalan. Menyekutukan Allah itu bererti kita menjadikan Allah sebagai tujuan tetapi dalam masa yang sama, ada juga tujuan-tujuan yang lain. Al-Fudhail bin Iyadh mengatakan, “Meninggalkan suatu amalan kerana manusia adalah riya’, sedangkan mengerjakan suatu amalan kerana manusia adalah syirik maksudnya syirik kecil atau riya’. Yang disebut ikhlas adalah jika Allah berkenan menyelamatkanmu dari keduanya.” Baik meninggalkan sesuatu amalan atau mengerjakannya, perlulah dengan niat kerana Allah, itulah disebut ikhlas. Semoga Allah menyelamatkan kita dan memberikan kepada kita keikhlasan dalam kedua-dua urusan tersebut. Kisah-kisah tentang Ikhlas 1. Abu Bakar As-Siddiq Banyak kisah sahabat yang dapat kita jadikan sebagai teladan dalam kehidupan kita. Antaranya adalah kisah Saidina Abu Bakar As-Siddiq memberikan seluruh bahagian harta beliau untuk Islam. Apabila ditanya apakah yang beliau tinggalkan untuk keluarganya? Beliau menjawab, “Allah dan Rasul.” Itulah tahap keikhlasan yang sangat tinggi. Tidak mungkin dapat dilakukan oleh orang yang mempunyai motivasi duniawi. Hanya kerana Allah dan Rasul semata-mata. 2. Bilal Bin Rabah Begitu juga kisah Bilal bin Rabah yang bertahan di bawah terik matahari dihempap dengan batu yang besar dan tetap juga mengungkapkan, “ahadun ahadun tuhan yang Esa…tuhan yang Esa..”, betapa ikhlas beliau menyerahkan jiwa raganya kepada Allah dan tidak sekali-kali mensyirikkan Allah. Beliau tidak mungkin dapat bertahan dalam keadaan yang sangat menyeksakan tersebut jika niatnya tidak ikhlas hanya kerana Allah. 3. Arab Badwi dengan Rasulullah SAW Dicatatkan dalam kitab Zaadul Ma’ad tentang seorang Arab Badwi yang ditawarkan dengan bahagian harta rampasan dalam peperangan Khaibar oleh Rasulullah SAW, beliau menolak dan mengatakan bukan itu tujuan beliau mengikuti Rasulullah SAW ke medan perang. Sebaliknya, beliau menegaskan bahawa tujuan beliau adalah untuk dipanah dan mendapat syahid, sambil menunjukkan ke lehernya. Ternyata beliau memang dianugerahkan dengan mati syahid dengan anak panah tepat mengenai tempat yang beliau tunjukkan kepada Rasulullah. Demikianlah tahap keikhlasan yang telah dicontohkan oleh generasi sahabat. Banyak lagi kisah yang dapat kita gali daripada kehidupan mereka dan orang-orang soleh yang terdahulu untuk dijaikan sebagai panduan dalam kita meniti kehidupan sebagai seorang Muslim. Tingkatan ikhlas Memang sangat jauh kalau hendak dibandingkan tingkatan ikhlas kita sebagai Muslim hari ini berbanding tingkatan ikhlas para nabi dan Rasul, juga para sahabat baginda Rasulullah SAW. Syeikh Muhammad Nawawi Banten di dalam kitabnya Nasha ihul Ibad membahagikan keikhlasan kepada 3 tingkatan Tahap paling tinggi, membersihkan perbuatan daripada perhatian makhluk manusia di mana tidak ada yang diinginkan dengan ibadahnya selain menuruti perintah Allah dan melakukan hak penghambaan, bukan mencari perhatian manusia berupa kecintaan, pujian, harta dan perbuatan kerana Allah agar diberi bahagian-bahagian akhirat seperti dijauhkan daripada siksa api neraka dan dimasukkan ke dalam syurga dan menikmati pelbagai macam perbuatan kerana Allah agar diberi bahagian duniawi seperti kelapangan rezeki dan terhindar daripada hal-hal yang menyakitkan. Di manakah tahap keikhlasan kita pada hari ini? Tahapan ini boleh menjadi panduan untuk kita menilai sejauhmana keikhlasan kita telah terbina. Bagaimana cara ikhlaskan niat? Memandangkan ikhlas ini tidak dapat dilihat secara jelas, proses membinanya juga akan memerlukan kepada kesungguhan dan ia perlu dijaga secara berterusan. Boleh jadi kita ikhlas sebelum melakukan sesuatu, tetapi niat berubah ketika sedang melakukannya. Ataupun mungkin berubah ketika telah melihat hasilnya. Ikhlas ini adalah amalan hati, maka hati itu perlu ditempa agar sentiasa lurus. Antara yang mengganggu keadaan hati adalah adanya orang sekeliling yang melihat dan memuji ketika kita sedang melakukan amal. Banyak kaedah dan tips yang boleh kita baca tentang membina ikhlas. Antara salah satu yang penting dan boleh kita praktikkan adalah berusaha menyembunyikan amal dan tidak bercerita sama sekali kepada orang lain, terutama bab sedekah. Inilah salah satu daripada 7 golongan yang mendapat naungan Allah di hari akhirat, iaitu mereka yang memberi dengan tangan kanannya, dan tangan kirinya pun tidak tahu. Begitu rahsia dan berhati-hati. Di antara Ulama salaf ada yang disangka sebagai orang yang bakhil, karena mereka tidak pernah melihat dia bersedekah, sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abi Ashim dari Muhammad bin Ishaq, dia berkata, “Kala itu di antara penduduk Madinah ada yang hidup tanpa mengetahui siapa yang memberi nafkah kepada mereka namun mereka baru mengetahuinya ketika Ali bin al-Husain wafat, kerana mereka tidak lagi mendapatkan nafkah yang biasa mereka dapatkan pada waktu malam.” Kesimpulan Ikhlas adalah sifat yang utama dalam setiap amalan yang kita lakukan dalam kehidupan ini. Itulah penilaian Allah yang tak mungkin diketahui oleh orang lain. Walaupun sukar, kita tetap perlu berusaha meraihnya dan membinanya sedikit demi sedikit sehingga kita mampu mencapai tahap keikhlasan yang lebih baik dari sehari ke sehari. Tanpanya, sia-sia seluruh amalan kita. Tanpanya, kita tak mungkin dapat tetap bertahan dalam perjalanan yang penuh liku dan panjang menuju Allah. Rujukan Syarah Hadits Arba’in Kompilasi Empat Ulama Besar. Imam An-Nawawi, Imam Ibnu Daqiq Al-Id, Syaikh Abdurrahman As-Sa’di, Syaikh Al-UthaiminAl-Quran qtnFdM.
  • 83ggs87bqn.pages.dev/188
  • 83ggs87bqn.pages.dev/255
  • 83ggs87bqn.pages.dev/178
  • 83ggs87bqn.pages.dev/20
  • 83ggs87bqn.pages.dev/289
  • 83ggs87bqn.pages.dev/57
  • 83ggs87bqn.pages.dev/163
  • 83ggs87bqn.pages.dev/182
  • 83ggs87bqn.pages.dev/214
  • menolong dengan ikhlas merupakan pengamalan sifat